Bulan September adalah bulan peringatan kondisi Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) . Tak salah jika disebut PCOS ancaman wanita subur.
Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) atau dalam bahasa Indonesia adalah Sindrom Polisistik Ovarium, salah satu gangguan hormonal pada wanita usia subur.
Ada sejumlah gejala khas PCOS. Tapi paling sering dikeluhkan adalah pola menstruasi yang tak biasa.
Siklus antara kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari. Ada juga yang menyebut PCOS lebih sering muncul pada mereka yang obesitas.
Pada pengidap PCOS, ovarium banyak memproduksi kantong-kantong kecil berisi air di sekitar sel telur, hingga tidak jadi sel telur sempurna.
Tubuh juga gagal melepaskan sel telur secara rutin. Akibatnya ancaman wanita usia subur ini. Juga lebih rentan mengidap diabetes dan tekanan darah tinggi.
Beberapa faktor yang diduga keras berkontribusi akan PCOS adalah, kelebihan hormon insulin dan faktor genetik.
Hormon insulin sejatinya bertugas menjaga kadar darah dalam tubuh. Nah, ketika produksinya berlebih tubuh jadi tak sensitif lagi terhadap hormon ini.
Akibat lainnya, produksi hormon androgen juga lebih banyak. Peningkatan hormon androgen ini dalam beberapa kasus bisa menyebabkan gejala fisik khas seperti pria.
Seperti kulit berminyak, tumbuhnya rambut di wajah dan tubuh (hirsutisme), serta munculnya jerawat yang parah dan kebotakan.
Beberapa bagian tubuh penderita bisa terlihat lebih gelap. Terutama di area lipatan, seperti lipat leher, selangkangan, dan bagian bawah payudara.
Ada pula beberapa komplikasi pada pengidap PCOS yang sering dilaporkan. Misalnya :
-Gangguan tidur, makan, kecemasan dan depresi.
-Hipertensi saat hamil
-Risiko melahirkan bayi secara prematur atau mengalami keguguran
-Serangan diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional
-Hepatitis
-Sindrom metabolik dan kanker endometrium
Belum ada obat khusus untuk kondisi ini, namun dokter bisa meresepkan obat meredakan atau menghilangkan gejala.
Dengan penanganan yang tepat, pengidap PCOS juga bisa hamil normal. Selain obat-obatan yang diresepkan dokter, pasien juga harus menjalani diet rendah kalori, tinggi serat juga rutin olahraga. (***)